Aku Bukan Penguntitmu, Aku ini Temanmu

Cinta, 
jika kau berarti selalu ada,
kurasa aku tak bisa. 
Jika kau berarti sempurna,
kurasa aku tak mampu.
Jika kau berarti bahagia,
kurasa itu tak mungkin.
Karena kurasa, cinta adalah
bagaimana kita saling sepakat
setelah berdebat.
Bagaimana kita saling bahagia
setelah bertengkar hebat.
Dan bagaimana kita saling kembali,    
setelah bahkan lama bersekat
Jika itu berat, maaf
Aku tidak yakin cinta itu akan kuat

Aku sering mendengar orang pacaran kerap bertengkar karena lama di tinggal. Salah seorang pihak merasa dicuekin, merasa tidak dinomorsatukan, merasa hanya dianggap sebagai teman disaat sedang sepi, dan sebagainya. Aku kadang tertawa dan sekaligus ingin mengerti bagaimana perasaan mereka.

Aku juga sering mendengar orang berteman kerap tidak lagi akrab karena kesalahpahaman yang serupa. Salah seorang pihak merasa dia hanya dijadikan teman saat temannya butuh, ada juga yang merasa temannya tidak solid, tidak membelanya, dan sebagainya. Aku juga sering sekali melihat sebagian besar orang menganggap label 'teman' adalah dia yang selalu kemana-mana bareng, selalu membela dan sebagainya. Dan aku juga baru saja menjumpai, dulu temanku sangat akrab bahkan seperti CS. Namun saat SMA dia tidak satu kelas walaupun masih satu SMA, kedua orang itu sudah bertemu dengan kawan baru, punya CS baru, dan tidak lagi seakrab dulu. Kadangkala aku heran sebenarnya bagaimana dulu mereka berteman?

Sebagai seorang yang sedang jomblo dan sebagai seorang introvert yang ga terlalu punya teman dan sahabat, aku ingin menyampaikan sudut pandangku mengenai hal tersebut.

Saat kita memutuskan untuk menjalin suatu hubungan yang spesial dengan seseorang, pasti yang pertama kita lakukan adalah mencari orang spesial tersebut. Nah, sekarang saya bertanya- tanya bagaimana kita bisa 'klik' dengan orang tersebut? Apakah karena penampilan fisik? Atau karena kepintarannya? Apa karena kereligiusanya? Apa karena prinsip hidupnya? Apa karena hal-hal lainnya?.

Aku tidak tau kemungkinan mana yang paling banyak dilakukan seseorang. Namun untukku, menjatuhkan sebuah pilihan apalagi hati tidak akan semudah itu. Bagiku ketika aku sudah memilih untuk pacaran, aku telah memilih segala resiko yang mungkin terjadi selama aku memilih pilihan itu. Seperti halnya ditolak, cinta bertepuk sebelah tangan, putus cinta, tidak sesuai ekspektasi, dicuekin, galau, dan sebagainya. Seharusnya kita sudah menerima semua resiko tersebut.

Nah, karena kita telah menerima resiko-resikonya. Yang bisa kita lakukan selanjutnya adalah meminimalisir resikonya dengan cara tidak perlu cepat- cepat menjatuhkan hati, pelan-pelan saja. Naikan standar kita dalam mencapai 'klik'. Menurutku, aku akan menanyakan pertanyaan berikut:
1.  Bagaimana karakter dia?
2. Apa kriteria penting yang harus dimiliki orang-orang terdekatnya?
3. Apakah keluarganya mau menerima kita?
4. Apa cita-citanya dan apa hal menarik dalam hidupnya?
5 Bagaimana prinsip hidupnya?

Jika karakter kalian tidak cocok, maka lihat dulu apakah kalian nyambung ketika berbicara. apakah karakternya tidak bertolakbelakang dengan prinsip hidpmu. apakah kalian saling mengerti, apakah benar cinta bisa membuat karakter kalian saling melengkapi dan tidak egois?

lihat juga kira- kira bagaimana tipe orang terdekatnya, apakah kamu masuk tipe itu?






Komentar

Postingan Populer